Adab Bermasyarakat dan Bernegara; Mengedepankan Sikap Lemah Lembut
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya,” (QS al-Baqarah [2]: 25)
Dalam pandangan Islam, akhlak atau budi pekerti menempati posisi yang sangat tinggi di hadapan Allah dan Rasul-Nya. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah Saw mengatakan bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak. Rasulullah sendiri pun digambarkan oleh Al-Quran sebagai pemilik budi pekerti yang agung. Allah berfirman, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS al-Qalam [68]: 4)
Menurut Ibnu Katsir dalam kitab “Tafsir Ibnu Katsir”, makna dari firman Allah Swt ini adalah akhlak Rasulullah Saw sangat sempurna karena beliau menjalankan semua perintah Allah yang terdapat dalam Al-Quran dan menjauhi segala yang dilarang Al-Quran. Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir mengutip perkataan Ibnu Umar ra. Beliau berkata, “Aku menjumpai sifat Rasulullah dalam kitab-kitab terdahulu bahwa beliau tidak berkata kasar, kotor, dan tidak pula berteriak-teriak di pasar, dan tidak membalas perbuatan jelek dengan kejelekan tetapi beliau sangat pemaaf.”
Satu dari sekian perilaku atau sikap baik yang ada pada diri Rasulullah adalah sikap lemah-lembut kepada orang lain dalam hidup bermasayarakat. Hal ini disinggung Allah dalam sebuah firman-Nya yang berbunyi, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya,” (QS Ali ‘Imran [3]: 159).
Adab Bermasyarakat
Perbuatan baik kepda masyarakat atau beramal shaleh selalu disandingkan Al-Quran dengan keimanan kepada Allah. Misalnya ayat yang berbunyi, “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya, (QS al-Baqarah [2]: 25). Karena itu, iman dan amal shaleh ibarat dua mata uang yang tak terpisahkan.
Dalam banyak hadits kita juga menemukan perintah Rasulullah agar kita berbuat baik kepada masyarakat. Sebuah hadis riwayat Al-Baihaqi menyatakan berbuat baik kepada tentangga dikaitkan dengan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan dalam hadits riwayat Ahmad menyatakan sikap seseorang terhadap masyarakat disekitarnya menentukan penempatan seseorang di akhirat kelak. Seseorang yang disebutkan terkenal banyak shalat, sedekah, dan puasa, namun menyakiti tetangganya, dinyatakan Rasulullah sebagai penghuni neraka. Sebaliknya, seseorang yang sedikit shalat dan puasa, tetapi senang memberi kepada tetangga tanpa menyakitinya, dinyatakan Rasulullah SAW sebagai orang yang bakal masuk surga.
Begitulah Islam memberikan tuntunan bermasyarakat bahwa seorang anggota masyarakat harus berbuat baik kepada anggota masyarakat lainnya. Hal ini penting untuk dilaksanakan agar bermasyarakat menjadi harmonis dan menyenangkan, bukan sebaliknya penuh konflik dan ketegangan. Hal itu merupakan bagian terpenting dari maksud firman Allah Swt yang berbunyi, “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas,” (QS Ali Imran [3]: 112).
Tuntutunan lain yang disebutkan Rasulullah dalam hidup bermasyarakat adalah tatkala orang lain berbuat jelek kepada kita. Rasulullah Saw tidak menganjurkan kita untuk membalas perbuatan jeleknya, tapi beliau menganjurkan kita untuk membalas perbuatan jelek dengan perbuatan baik. Sabda Rasulullah Saw, “Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada dan ikutilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik niscaya perbuatan baik itu akan menghapus perbuatan jelek dan berakhlaklah kamu kepada manusia dengan akhlak yang baik.” (HR At-Tirmidzi)
Adab Bernegara
Tuntunan bernegara terdapat dalam surat an-Nisa’ 59 yang berbunyi, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu,” (QS an-Nisa’ [4]: 59). Ayat ini memerintahkan umat Islam untuk mentaati Allah, rasul, dan para pemimpin. Yang dimaksud dengan para pemimpin untuk konteks zaman sekarang tentulah pemerintah. Ini berarti bahwa dalam menjalani kehidupan bernegara umat Islam harus tunduk pada pemerintah sepanjang perintah tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah. Bedasarkan ayat ini pula, paham ahlus sunnah wal jamaah tidak membolehkan memberontak kepada penguasa sepanjang penguasa tidak menghalangi kaum Muslim melaksanakan ibadahnya meskipun penguasa sendiri tidak melaksanakan syariat Islam dan berbuat zalim.
Fungsi pemerintah ibarat “wasit” dalam sebuah pertandingan. Karena itu, setiap pelanggaran yang terjadi di tengah masyarakat hendaklah diserahkan kepada pemerintah; dalam hal ini adalah aparat yang berwajib yaitu kepolisian dan pengadilan. Umat Islam tidak boleh main hakim sendiri. “Pengadilan jalanan” bukannya akan menciptakan suasana tenteram, tapi meresahkan masyarakat sehingga menimbulkan instabilitas negara yang akan berakibat pada terganggunya roda perekonomian.
Sejatinya umat Islam harus membantu negara menyelesaikan tugas dan kewajibannya, bukan malah menambah beban negara dengan melakukan aksi-aksi anarkis. Umat Islam harus bahu-membahu membantu aparat pemerintah untuk melaksanakan tugas-tugas mereka karena keberhasilan pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya akan membawa kebahagian dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Menurut ajaran Islam, umat Islam dituntut untuk tunduk pada penguasa sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran agama. Sebaliknya, mereka yang duduk di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif, harus berusaha semaksimal mungkin menjalankan tugasnya dengan baik. Dalam Al-Quran Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil,” (QS an-Nisa’ [4]: 58).
Selain menyinggung masalah amanah, ayat di atas juga menyinggung untuk menetapkan hukum secara adil. Inilah kewajiban yang harus dilakukan oleh umat Islam yang menduduki jabatan di pemerintah. Tidak menjalankan amanah ini berarti telah melakukan dosa karenanya akan mendapatkan balasan yang setimpal di Hari Kiamat.
Jadi, antara pemerintah dan masyarakat harus ada kerja sama agar negara bisa berjalan dengan baik dan masyarakat menjadi sejahtera. Masyarakat harus membantu pemerintah dalam menjalankan tugas-tugas mereka, begitu juga sebaliknya. Pemerintah berusaha semaksimal mungkin melaksanakan segala tugas dan kewajibannya dengan baik. Jika ini terlaksana, maka negara tersebut akan menjadi negara yang makmur dan sentosa.
Islam memerintahkan umatnya untuk selalu berbuat baik kepada masyarakat sekitarnya, baik Muslim maupun non-muslim. Perbuatan ini akan mengantarkan pelakunya menuju surga. Kemudian, dalam bernegara umat Islam tidak boleh membangkang kepada pemerintah. Tetapi harus tunduk dan patuh sepanjang tidak menyimpang dari ajaran Islam. Segala pelanggaran yang terjadi di tengah masyarakat hendaknya diserahkan kepada aparat yang berwajib dan jangan main hakim sendiri.
Wallahu a’lamu bis shawab.
Thursday, April 2, 2009
ADAB BERMASYARAKAT
Posted by MUHAMMAD AZHARI at 11:44 AM
Labels: www.cmm.or.id
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment